
Survey Terbaru Vero bersama GMO-Z.com Research Paparkan Perkembangan Industri Pariwisata Muslim
DJAKARTA.ID – Industri wisata ramah muslim (Halal Tourism) kini telah berkembang pesat, terutama dari negara-negara dengan penganut agama Islam tersebut. Wisatawan Muslim ini bahkan menjadi faktor penentu bagi berbagai destinasi wisata di seluruh dunia untuk menyesuaikan diri dengan segala kebutuhan berbasis keyakinan, mulai dari menyediakan makanan halal hingga ketersediaan ruang beribadah.
Vero dan GMO-Z.com Research baru saja merilis survei terbaru mereka yang menyoroti tentang peluang pariwisata ramah Muslim sekaligus sebagai langkah strategis bagi sektor publik maupun swasta di berbagai pembangunan infrastruktur wisata ramah Muslim hingga investasi perusahaan F&B, transportasi, teknologi, serta pelayanan yang sesuai dengan standar halal. Hal-hal seperti ini tentunya turut mendorong terbentuknya ekosistem pariwisata global yang lebih inklusif.
“Studi ini melibatkan 509 responden Muslim Indonesia berusia 18–45 tahun dengan beragam latar belakang. Kami menemukan bahwa 89% Muslim Indonesia menempatkan ketersediaan makanan halal sebagai prioritas utama saat bepergian. Hal ini berdampak pada persepsi mereka tentang seberapa ramah sebuah destinasi bagi wisatawan Muslim ini,” ungkap Diah Andrini Dewi selaku Executive Director Vero Indonesia saat ditemui di Sheraton Hotel, ICE BSD, Kamis (25/8/2025).
Temuan ini ternyata berpengaruh langsung terhadap strategi destinasi global. Bagi negara-negara mayoritas Muslim, ketersediaan fasilitas halal mungkin sudah dianggap hal yang biasa. Namun, ketika berkunjung ke negara dengan mayoritas non-Muslim dan mereka turut menyediakan fasilitas wisata halal, pengalaman itu terasa berbeda.
“Kehadiran fasilitas halal ini dipandang sebagai bentuk kepedulian budaya dan rasa menghargai yang membuat wisatawan Muslim merasa lebih diterima. Faktor ini semakin penting seiring meningkatnya minat terhadap destinasi non-Muslim seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan, yang kini bersaing ketat dengan negara mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Arab Saudi sebagai pilihan utama perjalanan,” tambah Diah.
Sebagai pelengkap hasil survei, Vero dan GMO-Z.com Research juga menganalisis percakapan daring di kalangan komunitas Muslim Indonesia. Tercatat, antara Agustus 2024 hingga 2025, akomodasi dan hotel halal telah dicari hingga 7.456.100 kali. Angka ini menunjukkan bahwa akomodasi halal bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi juga tentang menghadirkan ruang yang layak bagi wisatawan untuk menunaikan ibadah selama perjalanan.
“Intinya, wisatawan Muslim ingin jalan-jalan keliling dunia sambil tetap bisa menjadi diri sendiri. Mereka mencari destinasi yang menyediakan makanan halal, tempat ibadah yang nyaman, dan dukungan teknologi supaya perjalanan jadi super praktis dan bebas ribet,” ujar Chatrine Siswoyo selaku Senior Advisor ASEAN Vero.
Selain itu, hadirnya media sosial beserta influencers turut menjadi andil bagi perkembangan Halal Tourism secara global. Ada 89% responden menyebutkan bahwa keberadaan para influencer tersebut menjadi sumber informasi utama bagi perjalanan wisata. Hal ini tentunya mendorong perubahan terkait konten-konten traveling yang kini juga hadir menyoroti restoran halal, panduan destinasi, hingga pengalaman halal lokal.
“Sebagai penghubung budaya, para influencer mampu menjembatani destinasi dengan wisatawan Muslim, membangun kepercayaan di ruang digital, dan menciptakan narasi yang menekankan autentisitas serta inklusivitas,” jelas Diah.
Secara global, sektor ini diperkirakan akan tumbuh dari USD 256,5 miliar pada 2023 menjadi USD 410,9 miliar pada 2032. Sebagai negara yang mewakili 12% populasi Muslim dunia, langkah-langkah Indonesia selanjutnya akan sangat menentukan masa depan pariwisata halal secara global.
Perkembangan pariwisata halal di Indonesia tidak hanya sebatas penyediaan fasilitas ibadah atau sertifikasi halal, tetapi juga mencakup penguatan ekosistem, pembangunan infrastruktur, peningkatan kapasitas SDM, serta strategi branding dan promosi di tingkat global. Gelaran tahunan seeperti Halal Indonesia International Industry Expo menjadi wadah penting untuk menampilkan pencapaian, mendorong kolaborasi lintas sektor, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin pasar halal, baik di dalam negeri maupun dunia internasional.
“Seiring pertumbuhan populasi Muslim Indonesia dan semakin selektifnya wisatawan dalam memilih destinasi, penting bagi penyedia layanan untuk menghadirkan infrastruktur dan layanan halal-friendly yang menciptakan pengalaman lebih inklusif bagi semua wisatawan,” ujar Ismi Puspita, Project Manager Halal Indo 2025 di Dyandra Promosindo.
Menteri Pariwisata Indonesia turut menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi destinasi ramah Muslim. Bukan sekadar menyediakan layanan dasar, tetapi juga menghadirkan fasilitas dan layanan tambahan yang mendukung kebutuhan wisatawan Muslim.
“Pemerintah bekerja sama dengan berbagai sektor swasta maupun pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata ramah muslim lebih jauh dan menjadikan pengalaman perjalanan lebih bermakna bagi setiap Muslim,” tutup Hariyanto sebagai Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Dokumen lengkap mengenai survei Halal Tourism ini bisa diakses melalui https://vero-asean.com/whitepaper/halal-tourism-in-indonesia/. (aul)
Posting komentar