Soundsations 2018 suarakan ekspresi dalam tajuk “100 Kota 1 Bahasa”
Skena musik di Indonesia telah berkembang dari beberapa tahun ke belakang. Musik indie tidak lagi hanya terpaku di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, maupun Yogyakarta. Mereka kini bermunculan dari berbagai penjuru dengan genre yang mampu membentuk beberapa komunitas uniknya. Festival musik dengan satu genre pun mulai digelar sebagai apresiasi terhadap musisi yang berani tampil berbeda dari musik mayoritas. Ternyata tidak hanya musik yang mengalami keragaman tetapi juga terjadi pada seni visual dengan ideologinya. Berangkat dari inilah, Soundsations 2018 digelar sebagai pemersatu musik dan seni yang beragam tersebut.
Mengusung tema “100 Kota 1 Bahasa”, Soundsations 2018 akan menghadirkan kolaborasi komunitas seni dan pelaku musik untuk menyuarakan ekspresi melalui karya dalam satu bahasa. Acara ini berlangsung sejak Februari 2018 hingga Juli mendatang di 100 kota di Indonesia mulai dari Banda Aceh sampai Jayapura.
“Tahun ini, Soundsations diadakan secara masif di banyak tampat. Inisiatif masing-masing kota untuk menggelar Soundsation patut kami apresiasi. Nantinya akan ada puluhan musisi tanah air yang akan berkolaborasi dengan komunitas seni kreatif lainnya dengan semangat kebersamaan. Ini merupakan gagasan keren untuk memajukan skena seni di Indonesia,” jelas Ardy Chambers selaku creative entrepreneur dan pengamat musik.
Deretan musisi ternama seperti Sheila On 7, Jamrud, Kotak, Andra & The Backbone, Naif, Efek Rumah Kaca, Stars & Rabbit, Sore, White Shoes & The Couples Company, Elephant Kind, Barasuara, The Adams, Dipha Barus dan masih banyak lagi dengan beragam genre, dipastikan menjadi line up acara yang diprakarsai oleh penyelenggara masing-masing kota tersebut.
Iga Massardi (vokalis Barasuara) menyambut acara Soundsations 2018 “100 Kota 1 Bahasa” ini sebagai ajang yang paling ditunggu-tunggu. “Animo penonton di setiap kota selalu menghadirkan energi yang berbeda. Inilah yang membuat kami begitu antusias untuk berpartisipasi. Barasuara akan menyajikan penampilan terbaik. Saya pribadi lebih penasaran dengan karya kolaborasi dari berbagai komunitas kreatif di kota-kota yang akan kami datangi nanti,” pungkasnya.
Selain pertunjukan musik, sejumlah seni kreatif seperti visual art, fotografi dan sinematografi turut hadir dalam acara ini. Farid Stevy, seorang muralist mengungkapkan ketertarikannya untuk berkolaborasi di Soundsations tahun ini. “Saya akan menampilkan desain mural dan merchandise dengan konsep semangat kolektif di 100 kota. Saya begitu antusias untuk menerjemahkan desain mural ini melalui komposisi warna yang akan dikerjakan oleh komunitas-komunitas kreatif di setiap kota nantinya.”
Tahun ini, Soundsations 2018 tidak hanya sebatas menyajikan musik dan karya kreatif kolaboratif. Ada satu ajang bernama Siasat 100 yang digagas oleh Siasat Partikelir sebuah, sebuah kelompok kolektif kesenian nasional. Ajang tersebut adalah pencarian talenta baru di bidang musik, seni, fotografi, sinematografi, dan bidang kreatif lainnya. “Kami berharap dengan adanya ajang Siasat 100 ini bisa menemukan talenta baru dengan ide lebih menarik dan fresh demi kemajuan skena kreatif di Indonesia,” jelas Alex Kowalski sebagai penggagas.
Soundsations menjadi ajang perayaan bagi mereka yang berani menunjukkan identitas diri dengan lebih jujur dan bertujuan saling menginspirasi melalui karya masing-masing. Ragam karya yang menunjukkan kekayaan skena seni tanah air ini diharapkan bisa mempersatukan mereka dalam bahasa yang sama yaitu passion terhadap seni. (Aul)
Posting komentar